Kampung Baraway terletak di Distrik Raimbawi, Kabupaten Yapen Timur.
Kampung ini terkenal dengan burung cendrawasih yang masih sering
terlihat bermain di sekitar pemukiman masyarakat. Memasuki kampung ini
serasa pulang ke kampung sendiri karena sambutan masyarakat yang sangat
ramah dan terbuka. Kondisi infrastruktur di kampung ini perlahan sudah
mulai dibangun dengan masuknya program PNPM dan RESPEK. Kedua program
tersebut menghasilkan jembatan dan MCK yang layak pada tahun 2010.
Kebanyakan mata pencaharian masyarakat kampung baraway adalah nelayan
dan berkebun.
Penduduk kampung Barawai terdiri dari 213 jiwa yang tergabung dalam 52 Kepala Keluarga. Sarana pendidikan yang ada hanya Sekolah Dasar dengan 4 orang guru. Sarana Kesehatan terdapat 1 Puskesmas Pembantu dengan 1 orang tenaga medis. Agama yang dianut masyarakat Kampung Barawai adalah Kristen Protestan.
Penduduk kampung Barawai terdiri dari 213 jiwa yang tergabung dalam 52 Kepala Keluarga. Sarana pendidikan yang ada hanya Sekolah Dasar dengan 4 orang guru. Sarana Kesehatan terdapat 1 Puskesmas Pembantu dengan 1 orang tenaga medis. Agama yang dianut masyarakat Kampung Barawai adalah Kristen Protestan.
Masyarakat kampung Baraway sangat peduli
dengan cendrawasih, mengingat akar budaya yang turun-temurun
dilaksanakan oleh penduduk kampung Baraway. Sejak dulu, mereka hidup
berdampingan dengan burung cendrawasih. Hingga saat ini tercipta suatu
Kelompok Pelestari Burung Cendrawasih dan terbentuk suatu perpaduan
hukum dari gereja, adat, dan perundang-undangan yang diterapkan dengan
baik di kampung Baraway.
Burung cendrawasih di Baraway adalah jenis cendrawasih kecil (Paradiseae
minor). Cendrawasih dikenal senang bermain di tajuk pohon yang
tinggi. Jenis pohon yang dijadikan tempat bermain bervariasi, syarat
yang pasti suatu pohon untuk dijadikan tempat bermain adalah terdapat
sumber makanan, tempat berteduh yang rimbun dan percabangan yang banyak
untuk tempat bermain. Jenis pohon yang dijadikan tempat bermain di
kampung Baraway antara lain beringin (Ficus sp), Kayu Besi (Instia
bijuga), Pala (Palaquim amboinensis), dan Jambu Hutan (Eugenia sp).
Pada dasarnya cendrawasih sangat rentan terhadap gangguan, oleh karena itu di tempat lain selain Kampung Baraway sangat sulit ditemukan karena sudah banyak gangguan termasuk perburuan terhadap burung cendrawasih. Sampai saat ini belum ada yang dapat mengidentifikasi sarang dari burung cendrawasih ini karena meskipun mereka sangat aktif di siang hari, namun ketika matahari terbenam, mereka terbang meninggalkan pohon bermain menuju sarang masing-masing.
Para penduduk setempat, sebagai penjaga hutan yang turut berpartisipasi untuk pelestarian burung Cendrawasih |
Upaya konservasi terhadap cendrawasih di Kampung Barawai sudah dilakukan sejak tahun 2002 dengan terbentuknya Kelompok Pelestari Pohon Burung Cendrawasih. Kelompok ini melakukan penjagaan dan pengamatan populasi cendrawasih. Kelompok ini beranggotakan masyarakat Kampung Barawai yang peduli dengan cendrawasih. Anggota kelompok juga melakukan pendampingan terhadap setiap peneliti atau wisatawan yang ingin melihat cendrawasih.
Untuk mencapai Kampung Barawai, dapat ditempuh dengan menggunakan speed boat dari pelabuhan dari kota serui dengan lama perjalanan kurang lebih 3 jam jika laut sedang bersahabat. Atau dapat menghubungi Resort KSDA Serui untuk mendapat pendampingan dari petugas Balai Besar KSDA Papua agar mendapat informasi yang jelas dan keamanan yang lebih terjamin. Merupakan suatu keindahan ciptaan Tuhan yang harus kita jaga dan lestarikan bersama.
Tambahan :
Jenis-jenis Burung Cendrawasih. Cenrawasih terdiri atas 13 genis yang mempunyai sekitar 43 spesies (jenis). Indonesia merupakan negara dengan jumlah spesies Cendrawasih terbanyak. Diduga sekitar 30-an jenis Cendrawasih bisa ditemukan di Indonesia. Dan 28 jenis diantaranya tinggal di pulau Papua.
Beberapa jenis Cendrawasih yang terdapat di Indonesia diantaranya adalah:
Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius)
Cendrawasih Gagak (Lycocorax pyrrhopterus); endemik Maluku.
Cendrawasih Panji (Pteridophora alberti); Papua
Cendrawasih Kerah (Lophorina superba); Papua
Cendrawasih Paruh-sabit Kurikuri (Epimachus fastuosus); Papua.
Cendrawasih Botak (Cicinnurus respublica); endemik pulau Waigeo, Raja Ampat.
Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius); Papua dan pulau sekitar.
Cendrawasih Belah Rotan (Cicinnurus magnificus); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
Bidadari Halmahera (Semioptera wallacii); endemik Maluku.
Cendrawasih Mati Kawat (Seleucidis melanoleuca); Papua.
Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
Cendrawasih Raggiana (Paradisaea raggiana); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra); endemik pulau Waigeo, Indonesia.
Toowa Cemerlang (Ptiloris magnificus); Indonesia, Papua Nugini, dan Australia.
Manukodia Mengkilap (Manucodia ater); Indonesia dan Papua Nugini.
Paradigala Ekor-panjang (Paradigalla carunculata); Papua.
Astrapia Arfak (Astrapia nigra); endemik Papua, Indonesia.
Parotia Arfak (Parotia sefilata); endemik Papua, Indonesia.
Pale-billed Sicklebill (Drepanornis bruijnii); Indonesia dan Papua Nugini.
Burung Cendrawasih Mati Kawat (Seleucidis melanoleuca) ditetapkan menjadi Fauna Identitas provinsi Papua. Dan beberapa jenis seperti Cendrawasih Raja, Cendrawasih Botak, Cendrawasih Merah, Toowa, dan Cendrawasih Kuning Kecil, telah masuk dalam daftar jenis satwa yang dilindungi berdasarkan UU No 5 Tahun 1990 dan PP No 7 Tahun 1999.
Sumber :
http://bbksdapapua.dephut.go.id
http://forum.vibizportal.com
0 Komentar:
Posting Komentar